I.
TEORI
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin
selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk
mengetahui kelainan-kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran
empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.
A.
Pembentukan
Urin
Sebelum menilai hasil analisa urine, perlu diketahui
tentang proses pembentukan urine. Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang
dikeluarkan melalui ginjal.
Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120
ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi
oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.
Proses pembentukan urin meliputi tiga tahap, yaitu:
1.
Filtrasi glomerulus
2.
Reabsorbsi tubular
3.
Sekresi tubular
1.
Filtrasi Glomerulus
Pembentukan urin dimulai ketika air dan berbagai bahan
terlarut lainnya disaring melalui kapiler glomerulus dan masuk ke kapsul
glomerulus (kapsul Bowman. Penyaringan bahan-bahan ini melalui dinding kapiler
kurang lebih sama seperti pada penyaringan yang terjadi pada ujung arteriol
pada kapiler lain di seluruh tubuh. Hanya saja, kapiler glemerulus bersifat
lebih permeabel karena adanya fenestrae pada dindingnya.
2.
Reabsorbsi tubular
Reabsorbsi tubular adalah proses dimana bahan-bahan
diangkut keluar dari filtrat glomerulus, melalui epitelium tubulus ginjal ke
dalam darh di kapiler peritubulus. Walaupun reabsorbsi tubulat terjadi di
seluruh tubulus ginjal, peritiwa ini sebagian besar terjadi di tubulus
proksimal. Adanya mikrovili di tubulus proksimal akan meningkatkan luas
permukaan yang bersentuhan dengan filtart glomerulus sehingga meningkatkan
proses reabsorbsi. Berbagai bagian dari tubulus ginjal berfungsi untuk
mereabsorbsi zat yang spesifik. Sebagai contoh, reabsorbsi glukosa terjadi
terutama melalui dinding tubulus proksimal dengan cara transpor aktif. Air juga
direabsorbsi dengan cepat melalui epitelium tubulus proksimal dengan osmosis.
3.
Sekresi tubular
Sekresi tubular adalah proses dimana bahan-bahan
(zat) diangkut dari plasma kapiler peritubulus menuju ke cairan tubulus ginjal.
Sebagai hasilnya, jumlah zat tertentu diekskresikan melalui urin dapat lebih
banyak daripada jumlah zat yang diperoleh melalui filtrasi plasma di glomerulus.
B. Kandungan
Urin
1. Air dan garam-garam dalam
jumlah sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan antara cairan ekstrasel dan cairan intrasel.
2. Asam dan
basa
Sisa-sisa metabolisme yang tidak berguna
lagi bagi tubuh
3. Zat-zat yang
dikeluarkan dari darah karena kadarnya berlebihan.
C. Faktor-Faktor Yang Turut
Mempengaruhi Susunan Urin
Untuk mendapatkan hasil analisa urin
yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain persiapan penderita
dan cara pengambilan contoh urin.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin
misalnya :
Ø pada pemeriksaan glukosa urin
sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat
tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil
negatif palsu dengan cara enzimatik.
Ø Pada pemeriksaan urobilin,
urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna
pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain lain.
Ø Pada tes kehamilan dianjurkan agar
mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.
D.
Memilih Sampel
Urin
Susunan
urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin
banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil
contoh urin menurut tujuan pemeriksaan :
o Urin sewaktu
Untuk
pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat
dipergunakan urin - sewaktu, yaitu urin yang dikeluarkan pada
satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu cukup baik untuk
pemeriksaan rutin.
o Urin pagi
Yaitu urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi
hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang
dikeluarkan pada siang hari. Urin pagi baik untuk pemeriksaan
sedimen, protein, berat jenis dan tes kehamilan.
o Urin post prandial
Merupakan urin yang pertama kali dikeluarkan 1 ½ –
3 jam setelah makan. Sampel urin ini baik untuk pemeriksaan terhadap
glukosuria.
o Urin 24 jam
Yaitu urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Ccara
mengumpulkannya sebagai berikut: jam 7 pagi urin pertama dikeluarkan, urin ini
dibuang. Semua urin yang dikeluarkan kemudian, termasuk juga urin jam 7 pagi
esok harinya, harus dapat ditampung dalam botol urin yang tersedia dan isinya
dicampur. Botol harus bersih dan biasanya memerlukan zat pengawet.
Urin 24 jam dapat digunakan untuk pemeriksaan
kuantitatif semua zat dalam urin. Selain itu, dikenal juga urin siang 12 jam,
urin malam 12 jam, urin 2 jam, urin 3 gelas, urin 2 gelas dsb.
o Pada
penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah
kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided
specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau
pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung,
tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut
ditampung.
E.
Pemeriksaan
Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin
1.
Pemeriksaan
Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat
jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil
pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk
menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin
yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan
gangguan faal ginjal.
a. Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin
seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan,
iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan.
Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam
antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24
jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik
seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai
efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan
patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi,
pengeluaran cairan dari edema.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka
keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema,
nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama
24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan
ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih
banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut
nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
b. Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena
kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan
tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah,
coklat, hijau, putih susu dan sebagainya.
Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang
dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin,
makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara
kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna
seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan
oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan
warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal,
seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan
warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat
yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan
warna coklat kehitaman pada urin.
Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat
seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada
orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari
lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula
disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol
penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh
chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah
banyak.
c. Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal
pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai
falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens
'pita'.
Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara
1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar
diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin
tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal.
Urin sewaktu
yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat
ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan
dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh
intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang
menahun.
d. Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu
diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam
organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan
seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti
pada ketonuria.
Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri
dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang
berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran
kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
e. pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan
asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin
normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran
kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi.
Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin
bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak
ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa.
Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat
urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau
oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin
yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan
pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.
Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau
urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan
dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan
kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan
lapangan penglihatan besar atau LPB.
Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi
kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk
eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau
kristal cukup dilaporkan dengan
+ (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak
sekali).
Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu
unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau
jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,
sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ
atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.
a. Eritrosit
atau leukosit
Eritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin
terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam
keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit
hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari
genitalia.
Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria.
Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark
ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa
hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria.
Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan
sekret vagina pada penderita dengan fluor albus.
b. Silinder
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di
dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm
Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan
epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli
ginjal.
Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan
berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan
normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan silinder hialin.
Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit,
silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius.
Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan
pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada
penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder
lilin.
c. Kristal
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan
batu di dalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat
dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak
mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang
normal.
Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis
makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping
itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau
kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.
d. Epitel
Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan
normal didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini
dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih.
Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat
bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi
lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa
dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
3.
Pemeriksaan
Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin
dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat,
spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari
berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat
dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah,
urobilinogen dan nitrit.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum,
aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk
dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan
pemeriksaan.
Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera
dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya
urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan
pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar.
Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit,
hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada dalam buli-buli minimal
selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dipergunakan urin segar
karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin
dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH
menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein. Pertumbuhan
bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk
pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari
bakteri.
Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka
terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin,
protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan
proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya
protein tersebut didalam urin.
Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung
amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan
hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan
prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit
sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma,
makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti
pada hipertensi dan payah jantung.
Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan
karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit
glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau
kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain.
a. Pemeriksaan glukosa
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens
pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion
cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu
pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa,
fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti
streptomycin, salisilat, vitamin C.
Cara enzimatik
lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat
mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi
hanya sampai 250 mg/dl.
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena
gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi.
Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang
mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40
mg/dl.
Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin.
Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang
melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada
diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma,
peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang
menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
b. Benda- benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan
asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa
harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi
asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk
aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif
palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa
dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam
urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat
seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin
didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar
benda keton dalam serum meningkat.
c.
Pemeriksaan bilirubin
Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium
dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua.
Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate,
sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan
basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu.
Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid,
chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi
bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
d. Pemeriksaan urobilinogen
Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar
urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
Peningkatan
ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran
empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin
mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang
haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per
liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh
sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin.
Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C
lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung
oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari
infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
e. Tes nitrit
Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya
bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal
tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih
dari 105 mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang
diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam,
sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang
terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada
40% kasus.
Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin
terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat
menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan
infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga
kuman tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa
berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin,
basil tes akan negatif.
Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat
jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C melebihi
25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.
d. Leukosit esterase
Sebuah
hasil positif tes esterase leukosit dari adanya sel-sel darah putih baik
sebagai sel utuh atau sebagai sel segaris. Piuria dapat dideteksi bahkan jika
sampel urin mengandung WBC yang rusak atau segaris. Sebuah tes esterase
leukosit negatif berarti bahwa infeksi tidak mungkin dan bahwa, tanpa bukti
tambahan infeksi saluran kemih, pemeriksaan mikroskopis dan / atau kultur urin
tidak perlu dilakukan untuk menyingkirkan bakteriuria signifikan.
4. Metodologi
Contoh tercampur urin (biasanya 10-15 ml)
disentrifugasi dalam tabung reaksi dengan kecepatan relatif rendah (sekitar
2-3,000 rpm) selama 5-10 menit sampai tombol cukup kohesif diproduksi di bagian
bawah tabung. Supernatan ini tertuang dan volume dari 0,2 sampai 0,5 ml yang
tersisa dalam tabung. Sedimen ini resuspended dalam supernatan yang tersisa
dengan menjentikkan bagian bawah tabung beberapa kali. Setetes sedimen
resuspended dituangkan ke slide kaca dan coverslipped.
Sedimen ini pertama diperiksa di
bawah daya rendah untuk mengidentifikasi kristal besar, gips, sel skuamosa, dan
benda-benda besar lainnya. Jumlah gips terlihat biasanya dilaporkan sebagai
jumlah tiap jenis ditemukan per bidang daya rendah (LPF). Contoh: hialin 5-10
cetakan / gips L / LPF. Karena jumlah elemen yang ditemukan di lapangan
masing-masing mungkin berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, beberapa
bidang dirata-ratakan. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan pada daya tinggi
untuk mengidentifikasi kristal, sel, dan bakteri. Berbagai jenis sel yang
biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per bidang daya
rata-rata tinggi (HPF). Contoh: 1-5
WBC / HPF.
a. Merah Darah Sel
Hematuria adalah adanya nomor abnormal sel-sel merah
dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih di
mana saja sepanjang panjangnya, trauma ginjal, batu saluran kemih, infark
ginjal, nekrosis tubular akut, atas dan infeksi saluran kemih uri rendah ,
nephrotoxins, dan stres fisik. Sel darah merah juga dapat mengkontaminasi urin
dari vagina pada wanita menstruasi atau dari trauma yang dihasilkan oleh
catherization kandung kemih. Secara teoritis, tidak ada sel
darah merah harus ditemukan, tetapi beberapa menemukan jalan mereka ke dalam
urin bahkan pada individu yang sangat sehat. Namun, jika satu atau lebih sel
darah merah dapat ditemukan di setiap bidang daya tinggi, dan jika kontaminasi
dapat dikesampingkan, spesimen mungkin abnormal.
RBC yang
mungkin muncul biasanya berbentuk, bengkak oleh urin encer (pada kenyataannya,
hantu hanya sel dan hemoglobin bebas dapat tetap), atau crenated oleh urin
terkonsentrasi. Kedua, bengkak di RBC sebagian hemolyzed dan crenated itu RBC
kadang-kadang sulit untuk membedakan dari yang WBC dalam urin. Selain itu,
hantu sel merah dapat mensimulasikan ragi. Kehadiran itu RBC dismorfik dalam
urin menunjukkan penyakit glomerular seperti glomerulonefritis. Itu RBC
dismorfik memiliki bentuk aneh sebagai konsekuensi dari yang terdistorsi
melalui perjalanan melalui struktur glomerulus normal.
b. Sel Darah Putih
Piuria
mengacu pada kehadiran sejumlah abnormal leukosit yang mungkin muncul dengan
infeksi baik di saluran kemih bagian atas atau bawah atau dengan
glomerulonefritis akut. Biasanya, itu WBC adalah granulosit. Sel darah putih
dari vagina, terutama dengan adanya infeksi vagina dan serviks, atau meatus
uretra eksterna pada pria dan wanita dapat mengkontaminasi urin.
Jika dua
atau lebih leukosit per masing-masing bidang daya tinggi muncul dalam yang
tidak terkontaminasi urin, spesimen mungkin abnormal. Leukosit telah lobed inti
dan sitoplasma granular.
c. Sel epitel
Ginjal sel
epitel tubular, biasanya lebih besar dari granulosit, berisi putaran besar atau
inti oval dan biasanya mengelupaskan ke urin dalam jumlah kecil. Namun, dengan
sindrom nefrotik dan dalam kondisi menyebabkan degenerasi tubular, jumlah
sloughed meningkat.
Ketika lipiduria terjadi, sel-sel ini mengandung lemak
endogen. Ketika diisi dengan tetesan lemak banyak, sel-sel tersebut disebut
lemak tubuh oval. Lemak tubuh Oval memperlihatkan "Malta salib"
konfigurasi dengan mikroskop cahaya terpolarisasi.
el epitel
Transisi dari pelvis ginjal, ureter, atau kandung kemih memiliki batas sel
lebih teratur, inti besar, dan ukuran keseluruhan lebih kecil dari epitel
skuamosa. Ginjal sel epitel tubular lebih kecil dan bulat dari epitel
transisional, dan inti mereka menempati lebih dari volume total sel.
Sel epitel
skuamosa dari permukaan kulit atau dari luar uretra dapat muncul dalam urin.
Signifikansi mereka adalah bahwa mereka mewakili
kemungkinan kontaminasi spesimen dengan flora kulit.
d. Pemain
Gips kemih
terbentuk hanya dalam tubulus distal rumit (DCT) atau saluran pengumpul (nefron
distal). Tubulus proksimal berbelit-belit (PCT) dan lengkung Henle bukan lokasi
untuk pembentukan cor. Gips hialin terutama terdiri dari mucoprotein (protein
Tamm-Horsfall) disekresikan oleh sel tubulus. Para Tamm-Horsfall protein
sekresi (titik hijau) diilustrasikan dalam diagram di bawah, membentuk cast
hialin di saluran mengumpulkan:
Bahkan
dengan cedera glomerulus menyebabkan permeabilitas glomerulus meningkat menjadi
protein plasma dengan proteinuria yang dihasilkan, matriks sebagian besar atau
"lem" yang semen kemih melemparkan bersama adalah Tamm-Horsfall
mucoprotein, meskipun albumin dan globulin beberapa juga dimasukkan. Contoh
peradangan glomerulus dengan kebocoran itu RBC untuk menghasilkan cor sel darah
merah ditunjukkan pada diagram dibawah ini:
Faktor-faktor yang mendukung pembentukan protein cor
adalah laju aliran rendah, konsentrasi garam tinggi, dan pH rendah, yang
semuanya mendukung denaturasi protein dan curah hujan, terutama yang dari
protein Tamm-Horsfall. Protein gips dengan cylindroids panjang, ekor tipis
terbentuk di persimpangan dari loop Henle dan tubulus distal disebut
berbelit-belit. Gips hialin dapat dilihat bahkan pada pasien sehat.
Sel darah merah dapat tetap bersatu dan membentuk gips
sel darah merah. Gips tersebut adalah indikasi dari glomerulonefritis, dengan
kebocoran itu RBC dari glomeruli, atau kerusakan tubular parah.
Gips sel darah putih yang paling khas untuk
pielonefritis akut, tetapi mereka juga dapat hadir dengan glomerulonefritis.
Kehadiran mereka menunjukkan radang ginjal, karena gips tersebut tidak akan
terbentuk kecuali dalam ginjal.
Ketika gips seluler tetap dalam nefron untuk beberapa
waktu sebelum mereka memerah ke dalam urin kandung kemih, sel dapat merosot
menjadi cor kasar granular, kemudian cast butiran halus, dan akhirnya, cast
lilin. Gips granular dan lilin yang akan diyakini berasal dari ginjal gips sel
tubular. Gips luas diyakini berasal dari tubulus rusak dan melebar dan karena
itu terlihat pada stadium akhir penyakit ginjal kronis.
Sedimen urin disebut meneropong adalah satu di mana
sel darah merah, sel darah putih, tubuh lemak oval, dan segala jenis cetakan
ditemukan di lebih atau kurang profesi sama. Kondisi yang dapat menyebabkan
sedimen meneropong adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi maligna 3)
glomerulosclerosis diabetes, dan 4) cepat glomerulonefritis progresif.
Pada stadium
akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen urin sering menjadi sangat
kurang karena nefron yang tersisa menghasilkan urin encer.
e. Bakteri
Bakteri yang umum pada spesimen urin karena dari flora
mikroba berlimpah normal dari vagina atau meatus uretra eksterna dan karena
kemampuan mereka untuk secara cepat berkembang biak di berdiri urin pada suhu
kamar. Oleh karena itu, organisme mikroba yang ditemukan di semua tapi yang
paling teliti urines dikumpulkan harus ditafsirkan mengingat gejala klinis.
Diagnosis bakteriuria dalam kasus infeksi saluran
kemih diduga membutuhkan budaya. Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk
melihat apakah sejumlah besar bakteri yang hadir. Umumnya, lebih dari 100.000 /
ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme
mencerminkan kontaminasi. Namun, kehadiran organisme dalam spesimen keran
kateter atau suprapubik harus dianggap signifikan.
f.
Ragi
Sel ragi mungkin kontaminan atau mewakili infeksi
jamur sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal
amorf tetapi dibedakan dengan kecenderungan mereka untuk tunas. Paling sering
mereka Candida, yang dapat menjajah kandung kemih, uretra, atau vagina.
Kristal umum terlihat bahkan pada pasien sehat
termasuk kalsium oksalat, kristal tiga fosfat dan fosfat amorf.
Kristal
sangat jarang meliputi: kristal sistin dalam urin dari neonatus dengan
cystinuria bawaan atau penyakit hati yang berat, kristal tirosin dengan
tyrosinosis bawaan atau gangguan hati yang ditandai, atau kristal leusin pada
pasien dengan penyakit hati yang berat atau penyakit urin sirup maple.
II. ANALISA
PEMERIKSAAN URINE
A. Pemeriksaan Berdasarkan Warna Urine
No Warna urine Penyebab patologis Penyebab non patologis
1. Merah Ada hemonglobin, mioglobin dan
porfirin ( berarti ada perdarahan saluran kencing ), Oleh karena obat tertentu, Karena zat warna
dari makanan tertentu, misal biet, senna, robarber.
2. Jingga Zat warna empedu, Karena
obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat fenothiazin
3. Kuning - Urine pekat
- Keradaan bakteri pseudomonas
- Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
4. Hijau
- Keberadaan biliverdin
- Keradaan bakteri pseudomonas - Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
5. Biru Tak patologis Deuretika
tertentu
6. Coklat
- Keberadaan hematin asam, mioglobin dan zat warna
empedu
- Obat-obat
nitrofurantioin, levodova
7. Hitam/ hampir hitam Keberadaan
- melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol
- Obat
levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol
B. Analisa berdasarkan keberadaan gula dalam urine
No Gula dalam urine Penafsiran
1. Urine+bersama hiperglikemi
- Penyakit DM
- Penyakit endokrien, hipertiroidisme, dan feokromositosis
- Pankreatits, Ca pancreas
- Dispusi SSF: asfiksia, perdarahan/ tumor hipotalamus
- Gangguan metabolismeberat: luka bakar berat, uremia, penyakit hati berat,
sepsis
- Obat kortikosteroid dan thiazid
2. Urine+, tanpa hiperklikimia
Disfungsi tubulus ginjal, kehamilan, gu;la non glucose
C. Penafsiran keberadaan protein dalam urine
No Keberadaan protein dalam urine
Tafsiran gangguan organ/ penyakit
1. Proteinurea ringan
<0 -="-" berat="berat" br="br" gr="gr" hari="hari" jasmani="jasmani" kerja="kerja" orang="orang" sehat="sehat" setelah="setelah">
- Kondisi demam, stress emosi, hipertensi
- Disfungsi tubulus ginjal
- Ginjal polikistik
- Infeksi saluran urine distal
- Hemoglobinuria karena hemolisis berat0>
2. Protein urea sedang
0,5- 3 gr/ hari - Glumerulonefritis kronis
- Gagal jantung kongesti
- Nefropatie DM
- Pielonefritis
- Myeloma multiple
- Preeklamsia
3. Proteinuria berat
<3 -="-" akut="akut" br="br" glumerulonefritis="glumerulonefritis" gr="gr" hari="hari">
- Glumerulonefritis kronis berat
- Nefrosis lipoid
- Nefropatie DM berat
- Nefritis pada lupus
- Penyakit amiloid3>
D. Penafsiran keberadaan hemoglobin dalam urine
No Keadaan hemoglobinuria Tafsiran
gangguan organ/ penyakit
1. Eritrosit utuh dalam sediment tanpa
silinder - Cemaran darah mentruasi
- Akibat aktifitas jasmani berat
- Trauma pada saluran kencing
- Sistitis
- Kencing batu
- Tumor ginjal
- Hipertensi berat
- Penggunaan obat anti koagulan
- Penyakit sel sabit
2. Eritrosit utuh diikuti adanya
selinder eritrosit, selinder bergranula dan proteinuria - GNC
- Nefritis
- Poliarthritis
- Nefropatie alergi
3 Dalam sedimen tak ada eritrosit utuh - Lisis eritrosit dalam sirkulasi
- Hemolisis tranfusi/ tranfusi darah hemolisis
E. Tafsiran keberadaan silinder dalam urine
No Jenis
slinder Penafsran
1. Hialin
a. Gerak badan berat pada orang normal
b. Gagl jantung kongesti
c. Nepropatie DM
d. Glumerulo nefritis kronis
2 Eritrosit
a. Glumerulonefritis akut
b. Endokarditis bacterial
c. Nefritis lupus
d. Infark ginjal
3 Lekosit
a. Pyelonefritis akut
b. Nefritis
4 Epithel
a. Nekrosis tubuler
b. Infeksi cytomelogavirus
c. Keracnan logam berat atau ssalisilat
5 Granuler (butir kasar/halus)
a. Sindrom nefrotik
b. Pyelonefritis
c. Glumerulonefritis
d. Keracunan tinbal
6 Lilin
a. Atropi tubulus ginjal berat
F. Penafsiran terhadap kadar
bilirubin serum, bilirubin urine dan urobilin urine
No Bilirubin serum Bilirubin urine Orobilin urine Tapsiran
1. Indirek meningkat
Direk normal ( n ) Negative ( - ) Meningkat Hemolisis
2. Indirek normal
Direk ( n ) – meningkat Negative ( - ) Meningkat Kerusakan sel hati awal
3. Indirek meningkat
Direk meningkat Meningkat Meningkat Kerusakan sel hati berat
4. Indirek ( n )
Direk meningkat Meningkat Negative ( - ) Obstruksi salauran empedu ekstra atau
infra empatik
G. Pemeriksaan Bence Jones
Adalah
pemeriksaan urine untuk mendeteksi keberadaan protein patologis dengan cara
mencampur urine dengan asam asetat dan dipanaskan. Dinyatakan positif apabila
terjadi kekeruhan pada saat urine dingin. Biasanya dilakukan pada penderita
Myeloma Multiple. Reaksi bence jones (+) dapatjuga terjadi pada tumor
tulang dan leukemia.
H. Pemeriksaan 5 Hidroxyindolo Acetic Acid ( 5-HIAA)
5 HIAA adalah zat yang banyak ditemukan pada penderita dengan sindrom
carcinoid,dimana penghasilan serotonin berlebihan. 5 HIAA adalah derifat indol
hasil metabolisme serotonin berlebihan. Tes dilakukan dengan menggunakan reagen
Ehrlich, dan dinyatakan neormal apabila didalam tes terjadi warna biru yang
jelas.
I. Pemeriksaan Benzidin
Pemeriksaan pada urinene maupun feases yang bertujuan mendeteksi keberadaan
hemoglobin dan deerifatnya pada urine atau feases. Tes dilakukan dengan
mencampur bahan pemeriksaan dengan larutan benzidin, dan dinyatakan hasil:
a. Negative (-) apabila tidak ada perubahan warna ( tetap samar-samar
kehijauan)
b. Positif 1 (+) warna hijau
c. Positif 2 (++) biru hijau
d. Positif 3 (+++) biru
e. Positif 4 (++++) biru tua
Biasanya tes dilakukan pada penderita yang dicurigai adanya perdrahan pada
saluran kencing maupun pencernaan
J. Pemeriksaan Sulkowitch
Pemeriksaan untuk mengetahui kadar kalsium dalam urine yang dikeluarkan oleh
ginjal, dengan menggunakan reagen sulkowitch ( asam oxalate, aluminiium
oxalate, asam asetat glacial, dan aquadest ). Bahan urine yang digunakan adalah
urine 24 jam yang sebelumnya pasien di puaskan dari makanan / minuman yang
mengandung kalsium.
Interpretasi hasil :
Negative (-) : tidak terjadi kekeruhan
Positif 1(+) : adakekeruhan halus
Positif 2 (++) : ada kekeruhan sedang
Positif 3 (+++) : kekeruhan agak berat dalam waktu < 20 detik
Positif 4 (++++) : terjadi kekeruhan berat dan seketika
Nilai normal sampai dengan posiif 1 (+)
Positif 3 (+++) sampai positif 4 (++++)berarti kaadar kalsium dalam urine
tinggi dan merupakan akibat dari hiperkalsemia
K. Galli Mainini Test
Adalah test dengan cara menyuntikan urine wanita yang diduga hamil kedalam
tubuh katak jantan. Apabila dalam urine katak jantan terdapat spermatozoa hasil
sekresi maka tes dinyatakan (+) atau ada kehamilan
L. Esbach
Adalah pemeriksaan kuantitatif albumin dalam urine dengan cara mencampurkan
larutan asam pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam air dengan
urine.
Hasil positif dilihat dengan adanya kekeruhan dan tinggkat kekeruhan sesuai
dengan kuantitatif protein.
M. Pemeriksaan Reduksi
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine dengan menggunakan
reagen (missal : benedict, fehling, nylander)
Dinyatakan negative (-) apabilka tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit
kehijauan (tidak ada glukosa)
Positif 1 (+) : warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5-1% glukosa)
Positif 2 (++) : warna kuning keruh (terdapat 1-1,5% glukosa)
Posistif 3 (+++) : warna jinga, seperti lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
Positif 4 (++++) : merah keruh (> 3,5% glukosa)
Normal : urine reduksi negative
Reduksi + dalam urine memnunjukan adanya hiperglikemia di atas 170 mg%, karena
nilai ambang batas ginjal untuk absorbs glukosa adalah 170 mg%. reduksi +
disertai hiperglikemia menandakan adanya penyakit diabetes mellitus.
N. Glukosa Kuantitatif Urine
Pemeriksaan untuk mengukur jumlah glukosa dalam gram/24 jam dengan menggunakan
reagen benedict kuantitatif.
O. Keton
Pemeriksaan untuk menemukan keberadaan zat keton dalam urine meliputi aseton,
asam asetoasetat, asam beta hidroksi butirat. Bahan yang digunakan adalah urine
segar karena benda keton ini mudah menguap. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mencampurkan urine dengan reagen (Rothera, Gedhadt) dan diamati adanya
perubahan warna.
Dinyatakan positif (+) apabila terjadi warna ungu kemerahan pada batas kedua
cairan. Makin cepat terjadi warna ungu dan makin tua warnanya menggambarkan
makin tinggi konsentrasi keton dalam urine. Pemeriksaan ini dilakukan pada
pasien yang mengalami gangguan metabolisme berat terutama pada penderita DM
P. Bilirubin dalam Urine
Merupakan tes (missal: percobaan busa, Harrison)untuk melihat keberadaan
bilirubin dalam urine. Bilirubin normal dalam urine negative (-). Bilirubin +
menunjukkan adanya proses hemolisis, gangguan hati dan gangguan empedu.
Q. Urobilinogen dalam Urine
Urobilinogen merupakan senyawa tak berwarna dibentuk dalam usus dengan
mereduksi bilirubin, diekskresikan melalui feaces dan urine dan teroksidasi
dalam bentuk urobilin.
Tes untuk melihat keberadaan urobilinogen dalam urine diperlukan bahan segar.
Normalnya negative (-).
R. Urobilin
Urobilin merupakan pigmen empedu, tidak berbentuk, berwarna kecoklat-coklatan.
Pemeriksaan terhadap keberadaan urobilin dengan menggunakan reagen tertentu
(missal: Schlezinger). Hasil positif 1(+), atau positif 2(++) dilihat dari
adanya fluoresensi hijau.
S. Pemeriksaan Darah Samar dalam Urine
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya hemoglobin dalam urine dengan metode
tertentu (missal: benzidine tes atau guayac tes). Dinyatakan positif apabila
ada perubahan warna menjadi hilau (+) sampai biru tua(++++).
Dinyatakan negatif apabila tak ada perubahan warna. Tes + berarti ditemukan
hemoglobin dalam urine yang mungkin disebabkan oleh pendarahan atau radang pada
ginjal/saluran kencing.
T. Pemeriksaan Kloride dalam Urine
Bertujuan untuk menetapkan jumlah/kuantitatif klorde dalam urine 24 jam.
Biasanya menggunakan metode cepat yaitu Fantus.
U. Pemeriksaan benda-benda Nitrogen
Pemeriksaan bertujuan menemukan benda-benda nitrogen terutama nitrit, urea,
kreatinin dalam urine. Peningkatan kadar benda nitrogen dalam urine
menggambarkan kondisi metabolism dari protein mulai dari intake, absorpsi,
perombakan, metabolisme, destruksi dan ekskresinya.
Pengukuran kreatinin memerlukan bahan urine 24 jam dan hasilnya dapat
menggambarkan kondisi fungsi ginjal.
Nilai normal ekskresi kreatinin pada wanita: 0,8 – 1,7 gr/hr; pria: 1,0 – 1,9
gr/hr
V. Pregnosticon Planotes (PPT)
Pemeriksaan untuk menemukan adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam
urine. Pemeriksaan bertujuan untuk mendeteksi adanya kehamilan pada wanita.
Hasil positif menandakan adanya tanda kehamilan pada wanita.
W. PPT Titrasi
Merupakan tes immunologic dengan Human Aglutinin Inhibitor (HAI) untuk melihat
keberadaan HCG dalam urine. Dengan pemeriksaan ini hasilnya lebih cepat, akurat
dan sensitive karena dalam titer terendah pun sudah dapat terdeteksi.
Normal dalam 20 hari setelah pembuahan HCG +:500 SI/hari. Keakuratan untuk
deteksi kehamilan adalah 95-98%. Pada saat ini sudah dikembangkan oleh pabrik
alat tes kehamilan yang praktis dan mudah dilakukan oleh masyarakat, hasilnya
akurat missal: prognosticon, gravindex, gonovis, deco dan lai-lain.
X. HCG EIA (test Pack)
Adalah pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan HCG dengan metode Enzyme Immuno
Assay (EIA). Penggunaan sama dengan pemeriksaan HCG diatas.
Y. Asam Urat
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin dan sulit larut dalam air.
Konsentrasi tinggi dalam urine dapat membentuk batu asam urat dan mencerminkan
kadar asam urat dalam darah yang tinggi dengan segala akibatnya. Pemeriksaan
asam urat (uric acid) dalam urine bertujuan untuk mendeteksi asam urat secara
kuantitatif dan kualitatif. Biasanya dilakukan pada pasien dengan gangguan
ginjal, penyakit gout, radang sendi, batu ginjal/saluran kencing.
Z. Pada saat
ini pabrik alat kesehatan menciptakan bermacam-macam alat yang mudah dilakukan
masyarakat, praktis dan hasilnya akurat untuk pemeriksaan urine, yang berupa
kertas, plastic maupun tablet. Kertas/plastic/tablet tersebut mengandung reagen
tunggal atau gabungan yang dapat mendeteksi keberadaan suatu zat secara
sendiri-sendiri atau beberapa zat sekaligus. Alat-alat tersebut antara lain:
No. Nama Alat/
Bentuk Kandungan reagen Manfaat
1. Albustix
(stik/kertas) Bromphenol blue dan salisilat Mendeteksi protein dalam urine,
dinyatakan +: terjadi warna kuning → biru
2. Albutes
(tablet) Sda
3. Clinistix
(stik/tes tape) Glukosa oksidasa dan orthotolidin Deteksi glukosa dalam urine.
+: warna biru
4. Clinitest
(tablet) Na hidroksida dan kuprisulfat Deteksi glukosa +: warna menjadi
kuning/jingga
5. Galatest
(serbuk) Garam bismuth Deteksi glukosa +: warna abu-abu sampai hitam
6. Ketostix
(stik/kertas) Na nitoprussida, asam amino asetat, dinatrium posfat Deteksi
keton dalam urine (asam asetoasetat, aceton) +: berunah warna menjadi ungu -
sampai merah
7. Acetest
(tablet) Sda Sda
8. Hemastix
(kertas) Peroksidan dan orthotolidin Deteksi darah samar (Hb) +: berubah warna
menjadi hijau → biru
9. Occultist
(tablet) Sda Sda
10. Ictotest
(tablet) Nitrobenzenadiazonium P toluene sulfonat Deteksi bilirubin dalam urine
11. Labstix
(kertas) Kombinasi reagen Deteksi glukosa, protein, keton, darah samar, PH
12. Hemacombistix Sda Sda
@. Fenil Keton Urie (FKU) Pemeriksaan Guthrie
Merupakan pemeriksaan skrening untuk mendeteksi adanya defisiensi enzim hepar
yaitu Fenilalanin hidroksidase. Adanya akumulasi penilanin dalam darah dan
jarinagan yang berasal dari susu dan prolduk protein lain yang dapat
menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental. Apabila fenilanin dalam serum
mencapai 4mg/ dl setelah minum susu 3-5 hari disebut tes Guthriepositif (+).
Pemeriksaan FKU pada urine dilakukan setelah bayi berumur 3-4 minggu dan
diulang 1-2 minggu kemudian.
Nilai FKU 15 mg / dl atau lebih besar dapat digunakan sebagai indicator nyang
signfikan adanya kerusakan otak.
Nilai normal:
FKU: negatif, Guthrie. Negatif. Pada anak: 0,5-2,0 mg/ dl
Peningkatan FKU dapat terjadi pada bayi lahir dengan berat badan rendah,
encephalopatihepatik, septicemia, galaktosemia, obat aspirin dosis besar.
Merupakan hormon epinefrin dan norepinefrin yang
diproduksi oleh kelenjaar medulla suprarenalis. Pada orang normal dan setelah
latihan atau olahraga produksi katekolamin akan menigkat. Apabila ditemukan
kadar katekolamin dalam urine: 3-100 kali lebih besar dari normal menunjukkan
adanya penyakit feokromositoma.
Penigkatan dalam jumlah sedang ditemukan pada jumlah kasus psikiarti dan anak
yang menderita neuroblastoma mligna.
Nilai normal dalam urine dewasa : total < 100 ug/ 24 jam,
aktifitas tinggi : < 0,59 umol/ 24 jam
epinefrin urie : 10-90 ug/ 24 jam
peningkatan katekolamin ditemukan pada penderita feokromositoma, stress berat,
septikemi, shock, luka bakar, peritonitis, neuroblastoma maligna, gangguan
psikiatri terutana depresi/ maniakdepresif, dan obat-obatan antibiotic,
antihipertensi, adrenslin, isoproterenol, insulin, devolopa, aminof ilin,
klorpromasin, dan vitamin C dan B dosis tinggi.
-
Ketosteroid-17 dalam Urine (17-KS)
Merupakan hasil metabolisme hormon testosteron yang
berasal dari testis dan glandula suprarenalis. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya disfungsi kortek adrenal.
Penurunan kadar 17-KS menuhnjukkan hipofungsi kortek adrenal (misal pada
penyakit Addison’s) hipogonadisme, hipopituitarisme, miksedema, nefrosis, dan
obat-obat: deuretik, tiazid, estrogen, kontrasepsi oral, reserpin,
klordiazepoksida, promazin, quinidin, meprobamat, dan salisilat.
Peningkatan kadar 17-KS ditemukan pada hiperfungsi kortek adrenal, sindrom
cushing’s, karsinoma adrenocorte, tumopr testis, tumor ovarium, infeksi dan
stres hebat, serta obat-obat: ACTH, antibiotika, fenitoin, deksametason, dan
spironolakton.
Nilai normal :
Dewasa pria : 8-25 mg/24 jam
Wanita : 5-15 mg/24 jam
Bayi : < 1 mg/24 jam
Anak 1-3 tahun : < 2 mg/24 jam
Anak 3-6 tahun : < 3 mg/24 jam
Remaja wanita : 3-12 mg/24 jam
Lansia : 4-8 mg/24 jam
-
Hidroksi Kortikosteroid-17 (17-OHCS) Urine
Merupakan hasil metabolism hormon steroid dari kortek adrenal dan
dikeluarkan melalui urine (24 jam). Pemeriksaan bertujuan untuk mengkaji fungsi
hormon adrenal.
Penurunan 17-OHCS terdapat pada penyakit addison’s, sindrom androgenital,
hipopituitarism, hipotiroid, penyakit hati, dan obat-obat: kalsium glukonas,
deksametason, fenitoin, reserfin, dan prometasin.
Peningkatan 17-OHCS terdapat pada sindrom Cushing’s, kanker adrenal, hiperpituitarism,
hipertiroidism, stres berat, eklampsia, dan obat-obat: penicillin, eritromycin,
kortison, asetazolamid, vitamin C, tiazid, digoksin, estrogen, kontrasepsi
oral, quinidin, spironolakton,dan paraldehid.
Nilai normal :
Dewasa pria : 5-15 mg/24 jam
Wanita : 3-13 mg/24 jam
Rata- rata : 2-12 mg/24 jam
Lansia : lebih rendah dari dewasa
Anak 2-4 tahun : 1-2 mg/24 jam
Anak 5-12 thn :6-8 mg/24 jam
Bayi : < 1 mg/24 jam
Merupakan zat sintesis kortikoid
yang digunakan untuk mendiagnosa adanya hiperplasi adrenokortikal congenital.
Penurunan kadar menunjukkan hipofungsi hipofise anterior. Peningkatan kadar
terdapat pada sindroma adrenogenital, hiperfungsi dan hiperplasi adrenokortikal
kongenita, dan tumor adrenal.
Normal :
Dewasa pria : 0,4-2,4 mg/24 jam
Wanita : 0,5-2,0 mg/24 jam
Anak : 0-1,0 mg/24 jam
Bayi : 0-0,2 mg/24 jam
%. Tes urine atas obat-obatan
Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan metabolik yang berasal dari obat. Tes
ini dilakukan untuk mengukur kadar obat dalam urine sesbagai presentasi kadar
obat dalam plasma dan sebagai indicator toksisitas obat.
No. Nama Obat Indicator tes + dalam urine Keterangan
1. Aspirin/salsilat Perubahan warna urine menjadi merah anggur yang mantap
2. Fenotiazin dan derivatnya Ungu kemerahan Langsung
3. PAS (para amino salisilat) Coklat merah
4. Fenol dan derivatnya Ungu
*. Tes urine atas obat-obatan narkotik, miras, psikotropik.
No. Jenis narkotik Nilai Normal Keterangan
1. Amphetamin (Extacy,shabu) - Stimulans
2. Cocain - Stimulans analgetik
3. Opiat (morfin,heroin) -
4. Benzodiazepin - Tranguilizer minor
5. Barbiturat - Tranguilizer minor
6. Mertaquolon (mandax) -
7. Alcohol - Depresan
8. Amytriptilin - Depresan
9. Imipramin - Depresan
10. LSD - Halusinogen
11. Ganja - dep/Stimulans
12. Haloperidol
- Tranguilizer mayor
13. Chlorpromazine - Tranguilizer mayor
III. PEMERIKSAAN URIN RUTIN
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang
dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin
rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen,
darah samar dan nitrit.
Urinalisis adalah analisis urin. Seorang dokter
melakukan serangkaian fisik, tes mikroskopis, dan kimia pada sampel urin. Tes
dapat layar untuk penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih. Hal ini juga dapat
membantu mendiagnosa penyakit yang menghasilkan produk pemecahan abnormal yang
disebut metabolit yang diwariskan dari tubuh dalam urin.
Bagaimana tes dilakukan?
Pertama, orang mencuci di sekitar urethra, tabung
yang melewati air seni keluar dari tubuh. Hal ini untuk mencegah kontaminasi
sampel. Selanjutnya, orang perlu mengumpulkan sampel urin di tengah sungai,
yaitu, tidak pada awal dan tidak di akhir. Hal ini disebut sebagai sampel urin
yang bersih-catch.
Orang tersebut harus mengikuti langkah-langkah
untuk mendapatkan sampel. Pertama, orang mulai buang air kecil ke toilet. Kemudian,
ia menangkap sampel urin dalam wadah. Kemudian orang tersebut bisa selesai
buang air kecil di toilet. Orang tersebut kemudian mencakup wadah dan
memberikannya kepada dokter.
Sampel dikirim ke laboratorium untuk pengujian.
Dokter mungkin meminta setiap berbagai fisik, tes mikroskopis dan kimia. Cara
terbaik adalah untuk melakukan tes yang paling dalam waktu 15 menit dari waktu
urin dikumpulkan.
Hasil tes normal untuk air seni adalah:
o warna: bervariasi dari tidak
berwarna sampai kuning gelap. Makanan tertentu mungkin noda
itu.
o spesifik
gravitasi: rentang 1,006-1,030. Jumlahnya lebih tinggi, lebih terkonsentrasi
urin.
o pH, atau
saudara keasaman atau alkalinitas: berkisar 4,6-8,0. Rata-rata
adalah 6,0, yang sedikit asam.
o gula, keton,
dan protein: sekarang ada.
o darah: tidak
ada sel darah merah atau hemoglobin yang hadir.
o bilirubin:
tidak ada.
o sel darah
putih: tidak ada.
Hasil tes tidak normal untuk air
seni adalah:
o warna: lain
dari biasanya.
o spesifik
gravitasi: nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ini mungkin menunjukkan
gangguan ginjal. Pengecualian adalah
mereka yang berhubungan dengan makanan atau asupan cairan.
o pH: urine terlalu asam atau basa.
Ini menjamin perhatian medis.
o gula dan keton, biasanya diuji
bersama: tingginya tingkat glukosa dan keton dapat mengindikasikan diabetes.
o protein: hadir setiap mungkin
menunjukkan gangguan ginjal.
o darah: hadir setiap dapat
menunjukkan perdarahan dari ginjal, infeksi saluran kemih, atau trauma dari
latihan yang ketat.
o bilirubin: hadir setiap menunjukkan
penyakit hati atau saluran empedu.
o nitrit dan sel darah putih:
kehadiran mereka menunjukkan infeksi saluran kemih.
IV. TES KEHAMILAN
Tes kehamilan mencoba untuk menentukan apakah
seorang wanita hamil Tanda tersebut ditemukan dalam air
seni dan darah., dan tes kehamilan memerlukan sampling salah satu zat ini. Yang
pertama dari tanda tersebut untuk ditemukan, human chorionic gonadotropin (hCG), ditemukan pada tahun 1930
yang akan diproduksi oleh sel-sel trofoblas dari sel telur dibuahi
(blastokista). Sementara hCG merupakan penanda yang dapat diandalkan kehamilan,
tidak dapat dideteksi sampai setelah implantasi: [1] ini menghasilkan negatif palsu jika
tes dilakukan pada tahap awal kehamilan. Kebidanan ultrasonografi juga dapat digunakan untuk
mendeteksi kehamilan. Kebidanan USG pertama kali dipraktekkan pada 1960-an.
Rekaman
upaya pengujian kehamilan telah ditemukan sejauh kembali sebagai Yunani
kuno dan Mesir
kuno budaya.
Bangsa Mesir kuno disiram kantong gandum dan barley dengan urin seorang wanita
mungkin hamil. Perkecambahan menunjukkan kehamilan. Jenis gandum yang tumbuh
diambil sebagai indikator seks janin. Hippocrates menyarankan bahwa seorang wanita
yang terlambat haid dia harus minum larutan madu dalam air pada waktu tidur:
mengakibatkan perut kembung dan kram akan menunjukkan adanya kehamilan. Ibnu
Sina dan banyak
dokter setelah dia di Abad
Pertengahan dilakukan uroscopy , metode non-ilmiah untuk
mengevaluasi urin.
Selmar
Aschheim dan Bernhard
Zondek
diperkenalkan pengujian berdasarkan adanya human chorionic gonadotropin (hCG)
pada tahun 1928. Studi awal hCG menyimpulkan bahwa itu diproduksi oleh kelenjar
pituitari. Pada 1930, Joness Georgeanna menemukan bahwa hCG diproduksi bukan
oleh kelenjar hipofisis, tetapi oleh plasenta. Penemuan ini sangat penting
dalam mengandalkan hCG sebagai penanda awal kehamilan.
Dalam
Aschheim dan uji Zondek, seorang perempuan infantil tikus disuntik secara subkutan dengan
urin dari orang yang akan diuji, dan mouse kemudian dibunuh dan dibedah.
Kehadiran ovulasi menunjukkan bahwa urin mengandung
hCG dan berarti bahwa orang tersebut sedang hamil. Sebuah tes serupa
dikembangkan menggunakan
kelinci dewasa . Di sini
juga, membunuh hewan untuk memeriksa ovariumnya itu perlu. Perbaikan tiba
dengan tes katak, yang diperkenalkan oleh Lancelot
Hogben , yang
masih digunakan pada 1950-an dan memungkinkan kodok untuk tetap hidup dan
digunakan berulang kali: wanita katak disuntik dengan serum atau urin
pasien, jika katak yang dihasilkan telur dalam 24 jam berikutnya, tes itu
positif. Ini disebut tes Bufo, dinamai katak genus Bufo , yang pada awalnya digunakan untuk
ujian. Spesies lain dari kodok dan katak telah digunakan di kemudian hari.
Kebanyakan kimia tes untuk melihat
kehamilan untuk kehadiran subunit beta chorionic gonadotropin hCG atau manusia dalam darah atau
urin. hCG dapat dideteksi dalam air seni atau darah setelah implantasi, yang
terjadi enam sampai dua belas hari setelah pembuahan. Kuantitatif darah (serum
beta) tes dapat mendeteksi kadar hCG serendah 1 mIU / mL, sedangkan strip
tes urine telah
menerbitkan ambang deteksi dari 20 mIU / mL sampai 100 mIU / ml, tergantung
pada merek. tes darah kualitatif umumnya memiliki ambang 25 mIU / mL, dan
kurang sensitif dari beberapa tes kehamilan di rumah tersedia. Tes rumah
Kebanyakan kehamilan didasarkan pada rusuk-aliran teknologi.
Dengan ultrasonografi obstetri pada kantung
kehamilan
kadang-kadang dapat divisualisasikan sedini empat setengah minggu dari usia
kehamilan (sekitar
dua setengah minggu setelah ovulasi) dan kantung
yolk pada usia
kehamilan sekitar lima minggu. Para embrio dapat diamati dan diukur dengan
sekitar lima setengah minggu. Detak jantung dapat dilihat pada awal enam
minggu, dan biasanya terlihat dengan usia kehamilan tujuh minggu.
Peninjauan
sistematis diterbitkan pada tahun 1998 menunjukkan bahwa rumah alat tes
kehamilan, bila digunakan oleh teknisi yang berpengalaman, hampir seakurat
pengujian laboratorium profesional (97,4%). Ketika digunakan oleh konsumen,
bagaimanapun, akurasi turun menjadi 75%: para penulis mencatat bahwa banyak
pengguna disalahpahami atau gagal mengikuti petunjuk yang disertakan dalam kit.
Penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan baik negatif palsu dan positif
palsu.
Waktu tes
Negatif palsu bacaan dapat terjadi ketika pengujian dilakukan
terlalu dini. Tes darah kuantitatif dan tes urine yang paling sensitif biasanya
mendeteksi hCG lama setelah implantasi, yang dapat terjadi di mana saja dari 6
sampai 12 hari setelah ovulasi . tes urine Kurang sensitif dan tes
darah kualitatif mungkin tidak mendeteksi kehamilan sampai tiga atau empat hari
setelah implantasi . Menstruasi terjadi rata-rata 14 hari setelah
ovulasi, sehingga kemungkinan negatif palsu adalah rendah sekali periode
menstruasi terlambat.
Ovulasi
mungkin tidak terjadi pada waktu diprediksi dalam siklus
menstruasi , namun.
Sejumlah faktor dapat menyebabkan ovulasi terduga awal atau terlambat, bahkan
untuk wanita dengan riwayat siklus menstruasi yang teratur. Menggunakan kit
prediktor ovulasi (OPKs), atau memetakan tanda-tanda
kesuburan dari serviks lendir atau suhu
tubuh basal memberikan
ide yang lebih akurat tentang kapan harus menguji dari satu hari penghitungan
saja.
Keakuratan
tes kehamilan paling erat terkait dengan hari ovulasi, bukan melakukan hubungan
badan atau inseminasi yang menyebabkan kehamilan. Hal yang biasa bagi sperma
untuk hidup hingga lima hari [11] di saluran tuba, menunggu ovulasi
terjadi. Ini bisa memakan waktu hingga dua belas hari lagi untuk implantasi
terjadi, yang berarti bahkan tes kehamilan yang paling sensitif dapat
memberikan negatif palsu sampai tujuh belas hari setelah tindakan yang
menyebabkan kehamilan. Karena tes kehamilan di rumah beberapa memiliki batas
deteksi yang tinggi hCG (hingga 100 mIU / mL), mungkin mengambil tiga atau
empat hari tambahan untuk hCG meningkat ke tingkat terdeteksi oleh tes ini -
yang berarti negatif palsu dapat terjadi sampai tiga minggu setelah bertindak
hubungan seksual atau inseminasi yang menyebabkan kehamilan.
Salah positif
False positif hasil tes dapat terjadi karena beberapa alasan. Ini
termasuk: kesalahan aplikasi pengujian, penggunaan obat yang mengandung molekul
uji, dan tidak hamil produksi molekul assay.
Garis
penguapan palsu dapat
muncul pada tes kehamilan di rumah banyak jika dibaca setelah jendela
disarankan 3-5 menit atau waktu reaksi, independen dari kehamilan yang
sebenarnya. Positif palsu juga dapat muncul pada tes yang digunakan terakhir
tanggal kedaluwarsa.
Seorang
wanita yang telah diberi suntikan hCG sebagai bagian dari infertilitas pengobatan akan menguji positif
pada tes kehamilan yang uji hCG, tanpa memandang status kehamilan sebenarnya.
Namun, obat infertilitas beberapa (misalnya, clomid ) tidak mengandung hormon hCG.
Viabilitas
Tes kehamilan dapat digunakan untuk menentukan
kelayakan kehamilan. Serial tes darah kuantitatif dapat dilakukan, biasanya 2-3
hari terpisah. Di bawah tingkat hCG dari 1.200 mIU / ml hCG biasanya dua kali
lipat setiap 48-72 jam, meskipun kenaikan 50-60% masih dianggap normal. Antara
1.200 dan 6.000 mIU / ml serum hCG biasanya memakan waktu 72-96 jam untuk dua
kali lipat, dan di atas 6.000 mIU / ml hCG sering memakan waktu lebih dari
empat hari untuk dua kali lipat. Kegagalan untuk meningkatkan biasanya dapat
mengindikasikan peningkatan risiko keguguran atau kemungkinan kehamilan ektopik .
USG juga merupakan
alat yang umum untuk menentukan viabilitas. Sebuah detak jantung yang lebih
rendah dari yang diharapkan atau tonggak pengembangan terjawab mungkin
menunjukkan masalah dengan kehamilan. Diagnosis tidak boleh terbuat dari USG tunggal, namun.
Estimasi yang tidak akurat usia janin dan ketidakakuratan yang melekat dalam
pemeriksaan ultrasonik dapat menyebabkan scan harus ditafsirkan negatif. Jika
hasil dari scan USG pertama menunjukkan adanya masalah, mengulangi scan 7-10
hari kemudian adalah praktik yang wajar
V. PEMERIKSAAN URIN KUANTITATIF
1. Penetapan Kadar Kreatinin Urin (Folin)
Dasarnya adalah metode Jeffe.
Kreatinin bereaksi dengan asam pikrat dalam larutan alkalis membentuk
tautometer kreatinin pikrat yang berwarna merah.
Pereaksi :
1. Larutan Asam pikrat jenuh
2. NaOH 10%
3. Larutan Standard kreatinin mengandung 1 mg/ml
Metoda :
Sediakan 2 labu takar 100 ml.
isilah labu pertama dengan urin 1 ml dan labu kedua dengan 1 ml larutan
standard. Tambahkan pada masing-masing labu tepat 20 ml larutan asam pikrat
jenuh dan 1,5 ml larutan NaOH 10%. Kocok perlahan-lahan dan biarkan selama 25
menit. Encerkan sampai 100 ml dan campur dengan sebaik-baiknya. Lakukan
pembacaan segera dengan calorimeter visual. Pada panjang gelombang 540 nm. Buat
blanko dengan menggunakan 1 ml air suling.
Penghitungan :
Kadar Kreatinin (g/24jam) = Rs/Ru X 1 ml urin 24 jam/1 X 1/1000
Pengamatan
Rs = 0, 249 nm
Ru = 0, 375 nm
Kadar kreatinin = 0,249/0,375 X 1/1 X 1/1000
= 6,64 x 10-4 g/24jam
Kreatinin disintesis di dalam
hati dari metionin, glisin, dan arginin. Dalam otot rangka kreatinin
difosforilasi untuk membentuk fosforilkreatin yang merupakan simpanan tenaga
penting bagi sintesis ATP. ATP yang terbentuk oleh glikolisis dan fosforilasi
oksidatif bereaksi dengan kreatin untuk membentuk ADP dan banyak
fosforilkreatin.
Urin Pria dewasa mengandung keratin 25mg/kg BB, berarti pada urin sample
terdapat kreatinin sebanyak : 25 mg x 60 = 1500 mg (1,375g). Kreatinin dari
hasil percobaan didapat kadar kreatinin sebanyak 0,996 g. jumlah kreatinin
sampel masih dibawah kadar normal.
Kreatinin meninggi pada
insufisiensi ginjal yang akut atau kronis, obstruksi traktus urinarius dan
gangguan faal ginjal yang ditimbulkan oleh beberapa jenis obat. Bahan-bahan
yang bukan kreatinin dapat bereaksi sehingga memberi hasil positif dengan
metode alkalis pikrat (reaksi jaffe). Bahan-bahan tersebut adalah asetoasetat,
aseton, β-Hidroksibutirat, α-ketoglutarat,
piruvat, glukosa bilirubin, hemoglobin, urea dan asam urat.
Perbedaan hasil dapat disebabkan oleh beberapa factor seperti : usia, suku
bangsa, jenis kelamin, lingkungan, sikap tubuh, makanan yang dimakan,
obat-obatan dan kadar aktivitas.
2. Penetapan Kadar Klorida Urin (Schales dan
Schales)
Dalam penetapan kadar Klorida dalam urin, digunakan
cara Schales dan Schales. Urin dititrasi dengan merkuri nitrat dalam suasana
asam. Ion-ion Cl- diikat oleh ion merkuri membentuk Hg Cl2 yang tidak
terionisasi. Bila terdapat merkuri nitrat yang berlebihy, ion-ion merkuri ini
akan bereaski dengan indicator difenilkarbazon membentuk warna ungu (Urin
ditambahkan difenilkarbazon 0,1% lalu dititrasi dengan merkuri nitrat sampai
berwarna ungu).
Pereaksi :
1. Larutan Indikator difenilkarbazon 0.1%
2. Larutan Merkuri nitrat N/60
3. Larutan Standard klorida mengandung 10 meq Cl/Liter.
Metoda :
Masukkan dengan pipet volumetric
5 ml urin ke dalam sebuah gelas Erlenmeyer, kemudian tambahkan 5 tetes
indicator. Lakukan dalam duplo. Lakukan titrasi dengan larutan merkuri nitrat.
Lakukan juga titrasi terhadap 5 ml larutan standard NaCl. Hitunglah jumlah NaCl
dalam urin 24 jam.
Penghitungan :
Kadar Klorida Urin = ml merkuri nitrat yang dipakai x 100/A 9meq/Liter)
A = Jumlah ml merkuri nitrat untuk titrasi 5 ml larutan Standard NaCl.
Kadar NaCl urin (mg/Liter) = meq Klorida/Liter X 58,5
Pengamatan :
TE sampel I = 15,5 ml (menggunakan sampel urin 1 ml)
TE sampel II = 15,3 ml (menggunakan sampel urin 1 ml)
TE standard = 4,25 ml (menggunakan standard NaCl 5 ml)
Dari
percobaan terhadap urin 24 jam, diperoleh data sebagai berikut :
A = ml (jumlah merkuri nitrat untuk titrasi 5 ml larutan standard NaCl)
Sampel urin merkuri nitrat I = 15,50 ml
Sampel urin merkuri nitrat II = 15,55 ml
Kadar
Klorida urin (meq/liter) = ml merkuri nitrat yang dipakai x 100/A
A = Jumlah ml merkuri nitrat untuk titrasi 5ml larutan standard NaCl.
Maka :
i. Kadar Klorida urin = 15,5 x
100/4,25 = 364,706 meq/liter
Kadar NaCl urin = 364,706 x 58,5 =
21335,301 mg/liter = 21,34 g/liter
ii. Kadar Klorida urin = 15,5 x 100/4,25 = 364,705 meq/liter
Kadar NaCl urin = 364,705 x 58,5 = 21335,242 mg/litrer = 21,34 g/liter
Percobaan
1. Sifat-sifat urin
Pada percobaan sifat-sifat urin,
volume urin yang dikumpulkan selama waktu 24 jam sebanyak 1500 ml. Volume yang
dapat dikumpulkan atau yang diekskresikan tergantung dari beberapa faktor
seperti suhu, intake cairan, kerja fisik, dan faktor patologi seperti penyakit
ginjal atau diabetes mellitus. Pada orang dewasa normal
volume urin adalah sekitar 600-2500 ml/ 24 jam. Berarti volume urin tersebut
masih tergolong normal.
Bau yang
tercium pada urin adalah sedikit bau toluen, karena digunakan pengawet toluen.
Warna dari urin tersebut adalah kuning tua. Warna urin dapat berubah karena
faktor makanan atau faktor patologik. Warna dari urin ini disebabkan oleh
adanya zat warna urin yaitu urokrom yang terdiri dari uroflavin dan laktoflavin
atau riboflavin dan uropterin. Warna urin dapat berubah karena pengaruh
obat-obatan, misalnya karena meminum antibiotik atau dapat juga karena adanya
penyakit hati. Bau urin yang pesing karena adanya ammonia yang disekresikan
dalam urin.
Dalam
menguji pH urin, digunakan indikator universal. Urin sampel memilki pH 6 (pH
asam), dan dapat dikatakan normal karena umumnya pH urin dalam manusia
bervariasi dari 4,5-8,0 (urin dapat bersifat asam, netral, atau basa). Ekskresi
urin yang pada pH berbeda dari cairan tubuh, mempunyai dampak yang penting bagi
elektrolit tubuh dan penghematan asam-basa.
Setelah dilakukan pengujian terhadap berat jenis urin, didapatkan angka 1,0058.
Berat jenis urin yang normal berkisar antara 1,003-1,030 g/cm3, maka dapat
disimpulkan bahwa urin yang diuji memiliki berat jenis yang termasuk dalam
range yang normal. Berat jenis suatu larutan tergantung pada sifat maupun
jumlah partikel terlarut yang ada di dalamnya. Berat jenis kadang-kadang masih
diukur sebagai suatu indeks konsentrasi urin, disamping osmolalitas.
2. Jumlah zat padat total
Jumlah zat
padat total normal dalam urin 24 jam kira-kira 150.8 g/l urin 24 jam. Sampel
urin mengandung jumlah zat padat total 36,4 g/l urin. Jadi hasil ini dapat
dikatakan menyimpang dari kisaran normal. Berat jenis suatu larutan tergantung
pada sifat maupun jumlah partikel terlarut yang ada di dalamnya, karena itu
berat jenis dapat digunakan untuk menentukan jumlah zat padat yang dikandung
urin. Mungkin hasil yang menyimpang ini terjadi karena faktor asupan makanan
yang masuk ke tubuh atau karena faktor kelainan pada tubuh. Hasil yang
didapatkan memang tidak akurat karena hanya menghitung secara kasar saja jumlah
zat padat total dalam urin.
3. Garam-garam ammonium
Pada
percobaan adanya garam-garam ammonium, urin dibasakan terlebih dahulu
menggunakan NaOH dan kemudian dipanaskan. Bau yang timbul akibat pemanasan
adalah bau amoniak yang menandakan bahwa ammonium yang terkandung di dalam urin
terlepas ke udara atau telah menguap. Berarti urin sampel mengandung garam
amonium.
Reaksi utama pada tubuh yang menghasilkan NH4+ terjadi di dalam sel, yaitu
perubahan glutamin menjadi glutamat yang dikatalisis oleh enzim glutaminase
yang terdapat di dalam sel tubulus renalis. Glutamat dehidrogenase
mengkatalisis perubahan glutamat menjadi α-ketoglutarat.
Glutamin → glutamat +
NH4+
Glutamate → α-ketoglutarat
+ NH4+
Di dalam
cairan interstisial dan urin tubulus, NH3 bergabung dengan H+ membentuk NH4+
yang menyingkirkan NH3 dan mempertahankan perbedaan konsentrasi yang memudahkan
difusi NH3 keluar sel. Bila pH urin7,0 maka rasio NH3 : NH4+ = 1 : 100. Bila
urin lebih asam, maka keseimbangan berubah lebih lanjut ke NH4+.
Proses NH3 disekresikan disebut difusi non-ionik. Salisilat dan sejumlah obat
lain yang merupakan basa lemah atau asam lemah juga disekresi oleh difusi non
ionik. Ion ammonium berasal dari makanan, obat-obatan dan hasil hidrolisa urea.
Mekanisme
dari tubulus renalis dalam memproduksi ammonia sangat penting untuk mengatur
keseimbangan asam basa dan penghematan kation, meningkat dengan nyata pada
asidosis metabolik tetapi sebagian besar akan diekskresikan dalam bentuk urea
yaitu komponen utama urin. Ammonia secara konstan diproduksi dalam jaringan
tapi hanya ditemukan dalam jumlah kecil pada darah tepi yang dengan cepat
dikeluarkan dari dalam darah oleh hati dan diubah menjadi glutamat, glutamin,
ataupun urea (urin).
Dengan
pereaksi nessler memberikan hasil negatif karena apabila dengan pereaksi
nessler maka warna yang dihasilkan adalah warna merah.
4. Belerang dalam urin
Belerang
anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %) dan
berasal terutama dari metabolisme protein. Pada percobaan ini, urin 24 jam
direaksikan dengan HCl encer dan BaCl2. Maka akan terbentuk endapan putih yang
menunjukkan adanya belerang anorganik, reaksi yang terjadi adalah :
BaCl2 + SO42- → BaSO4 ↓ + 2 Cl-
Belerang
etereal merupakan senyawaan asam sulfat dengan zat-zat organik. Sulfat etereal
di dalam urin merupakan ester sulfat organik (R-O-SO3H) yang dibentuk di dalam
hati dari fenol endogen dan eksogen, yang mencakup indol, kresol, esterogen,
steroid lain, dan obat-obatan. Zat-zat organik tersebut berasal dari
metabolisme protein atau pembusukan protein dalam lumen usus. Semuanya terurai
pada pemanasan dengan asam. Jumlahnya 5-15 % dari belerang total urin. Dari
percobaan tersebut, terbentuk endapan putih karena adanya endapan BaSO4 dari
belerang etereal yang memiliki senyawa sulfat akan bereaksi dengan BaCl2.
- Belerang yang tak teroksidasi
Belerang tak teroksidasi
merupakan senyawa yeng mempunyai gugus –SH, -S, -SCN, misalnya asam amino yang
mengandung S (sistin), tiosulfat, tiosianat, sulfida, dsb. Jumlahnya adalah
5-25 % dari belerang total urin. Pada percobaan ini, kertas saring yang
dibasahi dengan Pb-asetat menjadi berwarna hitam (hasil reaksi positif). Hal
itu terjadi karena adanya gas hidrogen sulfida yang dilepaskan yang dapat
diidentifikasi dari baunya yang khas atau dari menghitamnya kertas saring yang
telah dibasahi larutan timbal asetat. Reaksi yang terjadi adalah :
S2- + 2 H+ → H2S ↑
H2S + Pb2+ → PbS ↓
5. Asam urat
Pada
percobaan ini, digunakan tes mureksida yaitu dengan memanaskan sampai kering
urin yang yang telah ditambah HNO3 pekat. Asam urat akan dioksidasi oleh HNO3
pekat membentuk asam dialurat dan aloksan. Setelah dingin, ditambahkan satu
tetes ammonia encer (1 : 100), maka asam dialurat dan aloksan berkondensasi
dengan amonia membentuk mureksida (ammonia purpurat) yang berwarna ungu
kemerahan. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah: Bila urin setelah ditambahkan
ammonia encer tetap berwarna merah, maka hal itu menyatakan adanya asam urat.
Pada
percobaan, setelah ditambahkan HNO3 pekat dan dipanaskan hingga kering, urin
membentuk warna kuning muda. Hal ini berarti bahwa pada urin yang diuji, tidak
terdapat asam urat. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan blanko berupa
kristal asam urat. Setelah ditambahjann HNO3 pekat dan dipanaskan hingga
kering, terbentuk warna kuning jingga. Seharusnya warna yang tebentuk adalah
warna ungu kemerahan, tetapi warna yang terbentuk adalah kuning jingga, hal itu
mungkin disebabkan karena kekurangketelitian praktikan dalam melakukan
percobaan.
6. Kreatinin
Pada
percobaan untuk mengetahui adanya kreatinin dalam urin, dilakukan reaksi Jaffe.
Reaksi Jaffe berdasarkan pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna
merah bila kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis.
Warna ini akan berubah menjadi
kuning apabila larutan diasamkan. Dari hasil percobaan, dipeoleh warna merah
kecoklatan (jernih) dari penambahan urin dengan asam pikrat jenuh dan NaOH 10
%. Warna larutan pada salah satu tabung berubah menjadi kuning setelah ditambah
HCl (tabung
7. Glukosa
Pereaksi Benedict yang mengandung
kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus
aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan
terbentuknya kuprooksida berwarna merah. Reaksi :
Pada uji adanya glukosa dalam
urin dilakukan tes Benedict, yaitu dengan mereaksikan urin dengan pereaksi
Benedict yang telah dipanaskan dengan glukosa 0,3 %; 1 %; 2 %; 5 % dan urin
tanpa penambahan apapun. Ternyata dari hasil pengujian diperoleh urin blanko
tetap berwarna biru setelah ditambahkan larutan Benedict, untuk urin dengan
penambahan glukosa 0,3 % akan memberi warna kuning kehijauan dengan endapan
merah, untuk urin dengan penambahan glukosa 1 % akan memberi warna kuning
kehijauan dengan adanya endapan merah yang lebih banyak dari yang 0,3 %, untuk
urin dengan penambahan glukosa 2 % akan memberi warna jingga dengan endapan
merah dari yang ditambahkan glukosa 1 % dan untuk urin dengan penambahan
glukosa 5 % akan memberi warna jingga kemerahan dengan endapan merah yang lebih
banyak.
Terbentuknya warna-warna
tersebut, sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam larutan. Makin besar kadar
glukosa, makin banyak endapan oranye yang terbentuk. Tidak tebentuknya endapan
oranye pada larutan glukosa konsentrasi rendah disebabkan karena baru sedikit
glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya dengan reagen
Benedict yang berwarna biru. Tampak bahwa glukosa dengan kadar 5% baru
memberikan endapan oranye paling banyak. Dari uji tersebut memberikan hasil
bahwa urin yang diperiksa oleh praktikan tidak mengandung glukosa karena tidak
memberi hasil positif terhadap tes Benedict. Berarti urin tersebut adalah urin
yang normal.
VI. KESIMPULAN
Dari percobaan urin ini, volume urin yang diperoleh
adalam 1500 ml yang beraati volume ini masih dalam batas normal, urin tersebut
memiliki bau amoniak, berwarna kuning tua, jernih, ber pH 6 memiliki BJ sebesar
1,0058 dan kandungan zat padat dalam urin 150.8 g / l.
Pada urin dormal terkandung garam-garam amonium , belerang anorganik, belerang
yang tak teroksidasi, klorida dan kreatinin. Pada urin yang diuji oleh
praktikan tidak terdapat asam urat maupun glukosa menandakan bahwa urin
tersebut dalam keadaan normal. Pada percobaan kuantitatif diperoleh kadar
kreatinin urin sebesar 0,996 g / 24 jam dan kadar NaCl rata-rata sebesar 21,34
g/liter.
DAFTAR PUSTAKA
Azizahwati, Penuntun Praktikum
Biokimia, Laboratorium Biokimia Jurusan Farmasi FMIPA UI, 1994, Hal 36-44.
Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC,
alih bahasa oleh dr. Petrus Andrianto.
Murray, K. Robert, Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W.R, Biokimia
Harper edisi 22, Penerbit bku kedokteran, EGC.
dr. R.
Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta
Wikipedia, ensiklopedia bebas