BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan
penyakit bakerial dimulai dengan kolonisasi bakteri. Pengecualian
terhadap cara ini adalah pada bakteri yang menyebabkan penyakit dengan
menghasilkan eksotoksin ketika perkembangannya. Eksotoksin teringesti
dan bertanggungjawab terhadap gejala penyakit. Bakteri penyebab toksin
merupakan salah satu bakteri yang dapat membawa dampak terhadap masalah
kesehatan dan kerugian ekonomi terutama disebabkan oleh diare, nekrotik
enteritis, hepatitis, dan renitis. Untuk mendapatkan metode pengendalian
dan pencegahan infeksi suatu penyakit haruslah diketahui interaksi
antara agen penyebab infeksi dengan hospes.
Masalah
kesehatan sampai saat ini, merupakan masalah yang cukup serius untuk
ditangani terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Seperti halnya
bakteri Staphylococcus aureus yang banyak ditemukan pada
pada tubuh manusia, seperti di ingus, dahak, tangan, kulit, luka
terinfeksi, bisul dan jerawat, serta pada feses dan rambut. Lebih jauh,
keberadaan bakteri ini, justru diperkirakan terdapat pada 20 persen
orang dengan kondisi kesehatan yang tampaknya baik.
Sementara itu, makanan dapat terkontaminasi bakteri Staphylococcus
ini adalah setelah proses pemasakan, dari pekerja yang terinfeksi.
Adapun jenis makanan yang dapat menjadi sumber infeksi adalah makanan
hasil olahan daging/unggas, ham, krim, susu, keju, saus, kentang, ikan
dan telur masak, serta makanan dengan kandungaan protein yang tinggi
lainnya.
Secara
umum, bakteri ini tidak tahan panas. Namun, racun yang dihasilkannya
sangat tahan panas, sehingga tidak dapat dihancurkan dengan pemanasan
yang biasa digunakan pada pemasakan. Bahayanya, racun tersebut biasanya
tidak menyebabkan perubahan tekstur, warna, bau, kenampakan, ataupun
perubahan rasa makanan, sehingga tidak dapat terlihat secara fisik.
Kondisi seperti inilah yang sering kali mengecohkan konsumen.
Oleh
karena itu, masalah mengenai penyakit bakteri sangat perlu dilakukan
suatu penelitian-penelitian sehingga dapat mengetahui apa obat dari
bakteri pathogen tersebut yang dapat merusak kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan permasalahan “Apakah Bakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif (+) dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia?”
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme dan dampak dari Bakteri Staphylococcus aureus bagi tubuh manuasia !
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah yang berjudul ” Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus Katalasee Positif (+)” adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan wawasan kepada kami penulis dan khususnya bagi pembaca makalah ini agar mendapat pemahaman yang cukup mengenai Bakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif (+) dan dampak bakteri tersebut terhadap tubuh manusia ”.
2. Sebagai wahana untuk mengetahui mekanisme dari Bakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif (+) dalam tubuh manusia, sehingga dapat menyebabkan penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus
merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan
mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah
anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus
memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding
selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering
dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
Staphylococcus aureus
adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu
menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase,
hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus
adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain
ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan
eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi
saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan
tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit
dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.
B. Stuktur Metabolic
a. Metabolik eksotoksin
Kebanyakan
toksin protein dipanggil eksotoksin kerana ia dibebaskan dari bakteria
dan bertindak ke atas sel hos jauh dari tempat ia dihasilkan.
Enterotoksin ialah satu kumpulan eksotoksin yang lazimnya bertindak ke
atas saluran gastrousus. Kebanyakan eksotoksin dihasilkan semasa fasa
eksponen pertumbuhan dan penghasilannya adalah spesifik untuk sesuatu
strain. Toksin bakteria adalah antara racun paling kuat yang diketahui.
Toksin-toksin protein mempunyai persamaan ciri dengan enzim dan amat
spesifik terhadap substrat tertentu serta mekanisme tindakan
masing-masing. Substrat ini mungkin terdiri dari komponen sel tisu,
organ atau kecair tubuh
Eksotoksin
bersifat antigenik. Artinya, secara in vivo, aktivitasnya dapat
dinetralkan oleh antibody yang spesifik untuk eksotoksin tersebut.
Beberapa eksotoksin memiliki aktivitas sitotoksik yang sangat spesifik.
Misalnya, toksin botulin yang hanya menyerang syaraf. Beberapa
eksotoksin yang lain memiliki spektrum aktivitas yang lebih lebar dan
menyebabkan kematian (nekrosis) dari beberapa sel dan jaringan (non
spesifik) misalnya toksin yang diproduksi oleh staphylococci,
streptococci, clostridia, dan sebagainya. Toksin dengan spektrum
aktivitas yang lebar ini biasanya merusak membran sel inang dan
menyebabkan kematian sel karena terjadinya kebocoran isi sel.Sitotoksin
menyebabkan kerusakan secara intraseluler (didalam sitoplasma sel inang)
b. Metabolik Endotoksin
Endotoksin
adalah sebahagian dari dinding sel luar bakteria dan biasanya dikaitkan
dengan bakteria Gram negatif kerana ia membentuk komponen membran luar
sel bakteria tersebut. Aktiviti biologi endotoksin dikaitkan dengan
lipopolisakarid (LPS). Ketoksikan LPS bergantung kepada komponen lipid A
dan keimunogenan bergantung kepada komponen polisakarid. Antigen
dinding sel (antigen O) bakteria Gram negatif merupakan komponen LPS.
LPS sering terlibat dalam proses patologi bakteria Gram negatif.
Struktur dinding sel bakteria Gram negatif ditunjukkan dalam rajah
berikut:
Bakteria
Gram negatif membebaskan kuantiti kecil endotoksin dalam bentuk larut
tetapi sebahagian besarnya tergabung kepada sel dan dibebaskan apabila
sel itu menjalani lisis. Jika dibandingkan dengan eksotoksin bakteria,
endotoksin jauh kurang toksik dan kurang spesifik dalam tindakannya
(kerana ia tidak bertindak sebagai enzim). Endotoksin adalah stabil haba
(30 min, 100C).
C. Isolasi Dan Diagnose
Hari 1 :
- Specimen ditanam pada media isolasi Blood Agar Plate dan mannitol Salt Agar Plate
- Masuk incubator 370 C, selama 24 jam
Hari 2 :
- Koloni yang tersangka staphylococcus dari Blood Agar Platen dan Mannitol Salt Agar dibuat praeparat, dilakukan pewarnaan gram
- Kalau betul staphylococcus Gram (+), kemudian ditanam pada media Loeffler Serum, Nutrien agar, D-Nase agar dan mannitol.
- Semuanya masukan ke incubator 370 C, selama 24 jam
Hari 3 :
- Diamati dan dicatat pertumbuhan di media
- Loeffler serum : berwarna kuning
- Nutrien agar :dikerjakan Coagulase test atau staphylase test
- D-Nase agar : dikerjakan D-Nase test
- Gula mannitol : asam, dikerjakan catalase test
- Kemudian
hasil pengamatan media dan test-test tersebut dibandingkan dibandingkan
dengan sifat-sifat cultural dan biochemisnya serta tabel, untuk
ditemukan dignosa.
Hari 4
Amati hasil media Muller Hinton agar untuk uji sensitivitas. Dan Inkubasi 370C, 24 jam
Uji Sensitivitas : Diameter zona hambat
- Sensitif : > 16mm
- Intermediet : > 13-15mm
- Resisten : > 13mm
Uji Sensitivitas : Diameter zona hambat
- Sensitif : > 16mm
- Intermediet : > 13-15mm
- Resisten : > 13mm
SKEMA PEMERIKSAAN
BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS
SENSITIFITI TES wrn kuning
muda. Tabung Na Cl 0.95% 2-3 ml dicampur dengan 2-3 ose bakteri
selanjutnya buat goresan pada media D-Nase Agar inkubsi 24 jam 37 0C. teteskan Hcl ?% 2-3 tetes akan terjadi zona hambat
|
NA…….untuk pertumbuhan bakteri
|
D. Morfologi Staphylococcus aureus
Bentuknya bulat atau lonjong (0,8 sampai 0,9), jenis yang tidak bergerak, tidak berspora dan gram positif. Tersusun
dalam kelompok seperti buah anggur. Pembentukan kelompok ini terjadi
karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel anaknya
cenderung dekat dengan sel induknya. Bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan yang sederhana pada temperatur optimum 37oC
dan pH 7,4. Merupakan salah satu bakteri yang cukup kebal diantara
mikroorganisme yang tidak berspora tahan panas pada suhu 60oC selama 30 menit, tahan terhadap fenol selama 15 menit.
Scientific Classificatin
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : S. aureus
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : S. aureus
Bentuknya Coccus/bulat, Ukurannya berdiameter 0,8-1 µm Susunannya 2-2, 4-4, bergerombol seperti buah anggur
|
E. Pengujian-Pengujian Bakteri Staphylococcus aureus
a. Menggunakan Media MSA (Manitol Salt Agar)
Spesimen mula-mula ditanam pada media tryprone Hewit broth (THB), diikubasikan pada suhu 37°C, selama 24 jam.
Koloni
bakteri yang tumbuh pada media THB ditanam ulang ke Plat Agar Darah dan
diikubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Koloni bakteri yang bersifat
mukoid selanjutnya ditanam ulang pada media manitol salt agar (MSA) pada suhu 37°C, selama 24 jam. Adanya koloni S. aureus ditandai dengan perubahan warna media MSA dari merah menjadi kuning.
b. Uji Katalase
Selama
respirasi aerobik (proses fosforilasi oksidatif) mikroorganisme yang
menghasilkan peroksida, bahkan ada yang menghasilkan superoksida yang
sangat beracun. Senyawa ini dalam jumlah besar dapat menyebabkan
kematian pada mikroorganisme. Senyawa ini dihailkan oleh mikroorganisme
aerobik fakultatif aerob maupun mikroaerofilik yang menggunakan jalur
respirasi aerobik
Satu ose dari koloni berwarna kuning dari media MSA dicampur dengan enzim katalase pada kaca objek. Adanya S. aureus ditandai terbentuknya gelembung gas
c. Uji Koagulase Plasma
Satu mililiter plasma darah kelinci dalam tabung reaksi dicampur dengan 1 ose koloni bakteri, diinkubasikan pada 370C selama 24 jam. Staphylococcus aureus akan meng-gumpalkan plasma darah kelinci.
d. Penentuan Aktivitas Hemolisin
Staphylococcus aureus
ditanam pada plat agar darah (agar base, Oxoid, Jerman), dan
selanjutnya diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37ºC. Adanya aktivitas
hemolisin ditandai dengan adanya zona hemolisis pada plat agar darah . Staphylococcus. aureus
yang menghasilkan alfa-hemolisin akan membentuk zona terang di
sekitar koloni, yang menghasilkan beta-hemolisin akan membentuk
zona agak gelap di sekitar koloni, dan yang menghasilkan
gama-hemolisin tidak membentuk zona hemolisis di sekitar koloni.
Sementara itu, kuman yang memproduksi kombinasi alfa-dan beta-hemolisin
akan tampak zona gelap dan terang di sekitar koloni.
e. Uji Hidrofobisitas
Bakteri ditanam dalam 5 ml kaldu Brain infusión
(BHI) dan diinkubasikan pada 37ºC selama 24 jam. Kultur bakteri
kemudian divortex, dipindahkan kedalam tabung sentrifus dan disentrifus 5
menit pada kecepatan 5.000 rpm. Supernatan dibuang, dan pellet dicuci 3 kali dengan PBS.
Pellet bakteri disuspensikan dengan larutan BaSO4, konsentrasi 10 8 sel bakteri per ml.
Sebanyak 50 µl suspensi bakteri dicampur dengan 50 µl Amonium Sulfat
dengan konsentrasi 1,2M, 1,6, 2M, 2,4M dan 3,2M pada objek glas, dan
diaduk dengan tusuk gigi steril. Uji hidrofobisitas dinyatakan positif
bila terjadi agregasi bakteri yang tampak seperti pasir putih setelah
campuran diaduk
f. Uji Hemaglutinasi
Darah
kelinci yang diambil dengan antikoagulan 0,2 M sodium sitrat
pH 5,2, disentrifus dan dicuci dua kali dengan 0,15 M NaCl. Suspensi
sel darah merah 2% dibuat dalam larutan 0,15 M NaCl. Sebanyak 20
µl suspense bakteri yang mengandung sekitar 109 bakteri/ml
dalam 0,15 NaCl dicampur dengan 20 µl suspensi sel darah merah
kelinci 2% di atas gelas obyek. Gelas objek digoyang selama 30 detik
dan reaksi hemaglutinasi diamati Tingkat hemaglutinasi dinyatakan
sebagai berikut: reaksi kuat, reaksi sedang
F. Cara Penularan dan resistensi antibiotik
a. Cara Penularan
Staphylococcus aureus banyak bakteri yang dapat hidup di tubuh orang. Banyak orang yang sehat membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi. Fakta, 25-30 % atau 1/3 bagian tubuh kita terdapat bakteri Staphylococcus aureus.
Yang terdapat pada permukaan kulit, hidung, tanpa menyebabkan infeksi.
menyebabkan infeksi. Ini dikenal sebagai koloni bakteri. Jika sengaja
dimasukan dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan infeksi. Biasanya
sedikit dan tidak membutuhkan perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus aureus dapat menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru)
Penularan terjadi karena mengkonsumsi produk makanan yang mengandung enterotoksin staphylococcus.
terutama yg diolah dengan tangan, baik yang tidak segera dimasak dengan
baik ataupun karena proses pemanasan atau penyimpanan yang tidak tepat.
Jenis makanan tersebut seperti pastries, custard, saus salad, sandwhich, daging cincang dan produk daging. Bila makanan tersebut dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam sebelum dikonsumsi, maka staphylococcus yang memproduksi toksin akan berkembang biak dan akan memproduksi toksin tahan panas.
Masa inkubasi mulai dari saat mengkonsumsi makanan
tercemar sampai dengan timbulnya gejala klinis yang berlangsung antara
30 menit sampai dengan 8 jam, biasanya berkisar antara 2-4 jam
b. Resistensi Antibiotik
Strain
staphylococcus aureus yang multiresisten telah banyak dilaporkan dengan
frekuensi peningkatan resistensi yang cukup tinggi termaksud resisten
terhadap methicillin, lincosamide, macrolide, aminoglikosida, atau
kombinasi dari berbagai antimikroba
MRSA (Methicillin-Resistant-Staphylococcus aureus)
adalah penghambat Staphylococcus aureus yang bersifat pekah terhadap
methicillin dan berhubungan beta-lactam zat antibiotic ( penisilin,
oxacillin, amoxacillin). MRSA sudah meningkatkan resistant yang tidak
hanya ke beta-lactam zat antibiotic, tetapi beberapa kelas zat
antibiotic lainya. Beberapa MRSA adalah bersifat resistan untuk satu
atau dua antibiotic yang mencangkup vancomycin. VRSA (
Vancomycin-Resistant Staph aureus) atau VRSA adalah dapat memberikan
zona hambat pada pertumbuhan bakteri S. aureus
Table . MIC50 and MIC90 of staphylococcal antibiotics against community-acquired methicillin resistant Staphylococcus aureus (CA-MRSA) from Europe (46 isolates), United States (22 isolates), and Oceania (13 isolates)
| ||||||
Isolates from Europe
|
Isolates from United States and Oceania
| |||||
Antibiotics
|
MIC50 mg/L
|
MIC90 mg/L
|
Range mg/L
|
MIC50 mg/L
|
MIC90 mg/L
|
Range mg/L
|
Benzyl-penicillin
|
8
|
8
|
0.25-8
|
16
|
16
|
4-32
|
Oxacillin
|
16
|
32
|
4-64
|
64
|
64
|
16-64
|
Kanamycin
|
128
|
128
|
128
|
2
|
2
|
2
|
Tobramycin
|
0.25
|
0.25
|
0.25
|
0.25
|
0.25
|
0.25
|
Gentamicin
|
1
|
1
|
0.5-1
|
1
|
1
|
0.5-2
|
Erythromycin
|
0.5
|
128
|
0.25-128
|
0.25
|
0.5
|
0.25-128
|
Lincomycin
|
0.5
|
0.5
|
0.5-32
|
0.5
|
0.5
|
0.25-32
|
Pristinamycin
|
0.5
|
0.5
|
0.12-1
|
0.5
|
0.5
|
0.12-1
|
Tetracycline
|
16
|
16
|
0.25-16
|
0.25
|
0.25
|
0.25-32
|
Minocycline
|
0.25
|
0.25
|
0.25
|
0.25
|
0.25
|
0.25
|
Chloramphenicol
|
4
|
4
|
4-8
|
4
|
8
|
4-8
|
Ofloxacin
|
0.12
|
0.12
|
0.12-0.5
|
0.12
|
0.25
|
0.12-1
|
Fusidic acid
|
4
|
4
|
0.12-64
|
0.12
|
0.12
|
0.12
|
Vancomycin
|
0.5
|
0;5
|
0.5-1
|
0.5
|
0;5
|
0.5-1
|
Teicoplanin
|
0.5
|
0.5
|
0.25-0.5
|
0.25
|
0.5
|
0.25-0.5
|
Fosfomycin
|
2
|
2
|
0.25-2
|
1
|
2
|
0.25-2
|
Rifampin
|
0.12
|
0.12
|
0.12
|
0.12
|
0.12
|
0.12
|
Co-trimoxazole
|
0.5/9.5
|
0.5/9.5
|
0.5/9.5
|
0.5/9.5
|
0.5/9.5
|
0.5/9.5
|
Linezolid
|
0.5
|
1
|
0.25-1
|
0.5
|
1
|
0.25-1
|
Mupirocin
|
0.12
|
0.12
|
0.12-8
|
0.12
|
0.12
|
0.12
|
G. Cara Pengendalian Infeksi Staphylococcus aureus
Untuk pengendalian Staphylococcus aureus
( mencakup MRSA) melalui human-to-human, walaupun beberapa dokter hewan
sudah menemukan yang dapat menyebabkan infeksi ke host, dengan
pencemaran lingkungan. Penekanan pada cuci tangan basis dasar teknik
kemudian efektif mencegah transmisi Staphylococcus aureus. Penggunaan sarung tangan dapat sehingga mengurangi kontak skin-to-skin.
Penggunaan
Alkohol telah terbukti sanitizer melawan MRSA. Quaternary ammonium
dapat digunakan bersama dengan alkohol untuk membersihkan dan mencegahan
infeksi nosocomial. Nonprotein amino L-Homoarginine asam adalah suatu
penghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus seperti halnya Candida
albicans, hal ini diasumsikan untuk;menjadi suatu antimetabolite
arginine. BBC melaporkan bahwa suatu penyemprotan alat penguap beberapa
kotoran minyak ( mencakup pohon teh oil) ke dalam atmospir mengurangi
90% peningkatan bakteri di udara dan mengendalikan MRSA yang dapat
menyebabkan infeksi/peradangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Staphylococcus aureus
merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan
mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah
anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning
B. Saran
Semoga karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2003. Bakteriologi Medik. Malang. FK Universitas Brawijaya, Tim Kikrobiologi FK UNIBRAW
Anonim. 2008. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Purwokerto. Laborataorium Mikrobiologi Fakultas Biologi
Gerard Bonang dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan Klinik. Jakarta. PT Gramedia
Hera Noviana. 2004. Monitoring Resistensi Methallicin- Resistant S. aureus (MRSA) Terhadap Golongan Qinolone Di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta. Jakarata
http//: www. Bakteri Stahpylococcus auraus katatalase positif.co.id. PDF
Jerome Etienne. 2003. Community Acquired Methicillin Resisitant Staphylococcus auraus (CA-MRSA)
http//: www. Bakteri Stahpylococcus auraus katatalase positif.co.id. PDF
Soemarno. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta. Depdikna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar